DAFTAR ISI
Kata
pengantar
Daftar
isi
Bab
1 pendahuluan…………………………………………………………..1
a. Latar
belakang……………………………………………………….1
b. Rumusan
masalah
c. Tujuan
penelitian
d. Manfaat
penelitian
Bab
11 tinjanuan pustaka ……………………………………………………
a. Tinjauan
tentang pila tidur
b. Tinjauan
tentang tekanan darah
c. Tinjauan
tentang shift malam
Bab
111 kerangka konsep penelitian
1. Kerangka
konsep
2. Hipotesis
penelitian
3. Variable
penelitian
a.
Klasifikasi variabel penelitian
b.
Defenisi konseptual
c.
Defenisi operasional dan criteria
objektif
Bab
1V metode penelitian
1. Desain
penelitian
2. Populasi
dan sampel
3. Pengumpulan
data
a.
Instrument penelitian
b.
Lokasi dan waktu penelitian
c.
Prosedur pengumpulan data
d.
Analisa data
4. Etika
penelitian
5. Jadwal
penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tekanan
darah merupakan faktor yamg amat penting pada sistim sirkulasi. Peningkatan
atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatis dalam tubuh .
tekanan darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah didalam
arteri, arteriola, kapiler, dan system vena, sehingga terbentuklah suatu aliran
darah yang menetap (Ibnu, 2001)
Hipertiensi
dan komplikasinya adalah salah satu penyebab kematian nomor satu,secara global.
Komplikasi pembuluh darah yang disebabkan hipertensi dapat menyebabkan penyakit
jantung koroner, infrak (krusakan jaringan) jantung , stroke , dan gagal
ginjal. Gangguan kerja organ, selain menyebabkan penderita, keluarga dan Negara
harus mengelurakan lebih banyak biaya pengobatan dan perawatan tentu pula
menurunkan kualitas hidup penderita ( Depkes RI,2007).
Josling(1998)
dalam artikelnya berjudul shift work and ill health mempertegas anggapan
tersebut dengan menyebutkan hasil penelitian yangdilakukan oleh the circadian
learning center di amerika serikat yangmenyatakan bahwa para pekerja shift,
terutama yang bekerja shift malam hari dapat terkena berbagai masalah ksehatan.
Masalah kesehatan ini antara lain: ganguan tidur,kelelahan, penyakit jantung,
tekanan darah tinggi, dan gastrointestinal
Perubahan
kuntitas dan kualitas tidur sering dialami oleh berbagai pekerja salah satunya
adalah perawat. Perawat adalah mereka yang disiapkan untuk mengerjakan tugas
mulia dan penting untuk menyelamatkan
nyawa manusia, fisik dan mentalnya. Peran perawat yang dimaksud adalah
cara untuk menyatakan aktifitas prawat dalam praktek, dimana telah
menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh
pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara
professional sesuai dengan kode etik professional.
Dimana
setiap peran yang dinyatakan seagai cirri terpisah demi untuk kejelasan. Pada
peran ini perawat di harapkan mampu memberikan pelayanan keperawatan kepada
individu, kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai
dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks. Perawat
bertugas untuk memperhatkan individu daam konteks sesuai kehidupan klien ,
perawat perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan signifikan dari
klien ( hamdayani,2008)
Suma’mur(2009)
menyatakan bahwa shift kerja malam perlu mendapat perhatian karna irama faal
manusia (circadian ritme) terganggu , metabolism tubuh tidah dapat beradaptasi
, kelelahan, kurang tidur, alat pencernaan kurang berfungsi secara normal
timbul rekreasi psikologis dan pengaruh kumulatif
Tim
peneliti dari Kanada dan Norwegia telah menganalisis 34 studi. Secara total
ditemukan 17.359 kasus yang berkaitan dengan koroner, termasuk 6.598 serangan
jantung dan 1.854 stroke yang disebabkan kurangnya asupan darah ke otak.
Kondisi ini pun ternyata lebih banyak ditemukan pada pekerja shift malam
dibandingkan pekerja lainnya.
RSUD
Syekh Yusuf Kabupaten Gowa merupakan salahsatu rumah sakit yang menerima
mahasiswa praktek dan di rumah sakit ini miliki peraturan berkaitan dengan penjadwalan kerja dari pegawainya. Sebagai bagian dari
pegawai rumah sakit mahasiswa juga memberlakuan peraturan tentang shift. Di
RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa diberlakukan 3 shift kerja (pagi 08.00-14.00,
siang 14.00-21.00, dan malam 21.00-08.00) dengan tujuan untuk mengefisien
kerja. Melihat realita yang berkaitan dengan shift malam bahwa beberapa mahasiswa
setelah dinas malam mereka kelihatan kurang semangat. Bagi pekerja shift malam
bisa mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja akan memberikan masalah
terutama bagi pekerja yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lama jam kerja
yang dijalaninya (grandjean,1991)
Berdasarkan
data yang didapatkan dari RSUD Syekh yusuf jumlah mahasiswa praktek di IGD
sekarang 25 orang dan merekamembagi
dalam 3 shift dan waktu libur sekali dalam seminggu.
Dari
uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul” Hubungan Pola Tidur Dengan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Dinas Malam Di IGD
RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas maka peneliti rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah: “Apakah Ada Hubungan Pola Tidur Dengan Tekanan Darah Pada Mahasiswa
Dinas Malam di IGD RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa?”.
C. Tujuan
Peneliltian
1) Tujuan
umum
Untuk
mengetahui hubungan pola tidur dengan tekanan darah pada mahasiswa dinas malam
di IGD RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa.
2) Tujuan
khusus
a. Untuk
mengidentifikasi pola tidur pada mahasiswa dinas malam di IGD RSUD Syekh Yusuh
Kabupaten Gowa.
b. Untuk
mengidentifikasi tekanan darah pada mahasiswa dinas malam di IGD RSUD Syekh Yusuh Kabupaten Gowa.
c. Untuk
menganalisis hubungan pola tidur dengan tekanan darah pada mahasiswa dinas malam di IGD RSUD Syekh Yusuh
Kabupaten Gowa.
D. Manfaat
penelitian
1. Bagi
peneliti
Menambah pengetahuan
penulis tentang pola tidur dan tekanan darah.
2. Bagi
instasi tempat penelitian
Sebagai masukan bagi
pihak IGD RSUD syekh yuduf mengenai pola tidur dengan tekanan darah untuk bahan
pertimbangan dalam membina dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.
3. Bagi
institusi
Merupakan salah satu
informasi bagi Sekolah Tinggi Ilmu Keperawata
( STIK) FAMIKA Makassar dan sebagai referensi bagi pepeneliti-peneliti
berikutnya
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Tinjauan Umum Tentang Tidur
1.
Pola tidur
Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka
waktu yang relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun,
irama tidur, frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan
kepuasan tidur (Depkes dalam Wahyuni, 2007).
Pola tidur normal berdasarkan usia
adalah bayi baru lahir membutuhkan tidur 14 – 18 jam/ hari, pernafasan teratur
dan 50 % tidur REM, infant membutuhkan
tidur 12 – 14 jam/ hari dan 20 – 30% tidur REM, toodler membutuhkan tidur 11 – 12 jam/ hari dan 25% tidur REM, preschooler membutuhkan tidur 11 jam
dan 20% tidur REM, usia sekolah tidur 10 jam/ hari dan
18,5% tidur REM, adolescent membutuhkan
tidur 8,5 jam/ hari dan 20% tidur REM, usia dewasa muda membutuhkan tidur 7 – 8
jam/ hari dan 20 – 25% tidur REM, usia dewasa tengah membutuhkan tidur 7 jam/
hari dan 20% tidur REM, usia lanjut membutuhkan tidur 6 jam/ hari dan 20 – 25%
tidur REM (Kozier, 2004; Hidayat, 2006).
Pola
tidur normal dipengaruhi oleh gaya hidup termasuk stress pekerjaan, hubungan
keluarga dan aktivitas sosial yang mengarah pada insomnia dan penggunaan
medikasi untuk tidur. Penggunaan jangka panjang medikasi tersebut dapat
mengganggu pola tidur dan memperburuk masalah tidur (Potter & Perry, 2003).
Gangguan pola tidur
merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami atau mempunyai resiko
perubahan jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan
atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan. Gangguan ini terlihat dengan adanya
perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di
daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih,
kurang konsentrasi, sakit kepala dan mengantuk. Penyebab dari gangguan pola
tidur ini antara lain kerusakan transport oksigen, gangguan metabolisme,
gangguan eliminasi, pegaruh obat, immobilitas, nyeri pada kaki, takut operasi,
terganggu oleh teman sekamar dan sebagainya (Uliyah, 2006).
2.
Tidur
Tidur
merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan kelelahan
mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang dan akan kembali
mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi
(Japardi, 2002).
Tidur
adalah keadaan normal yang berlangsung secara berkala. Selama tidur terjadi
penurunan kegiatan fisiologik yang disertai oleh penurunan kesadaran (Kuswadji,
2002).
Semua
makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu
dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut
sebagai irama sirkadian. Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian
ventral anterior hypothalamus. Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan
kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis medulo
oblongata yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang
menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo
oblogata disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state (Japardi, 2002)
3.
Mekanisme tidur
Tidur dibagi menjadi 2
tipe yaitu:
a.
Tipe Rapid Eye Movement (REM)
Pada
waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih
intens dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Pola tidur REM ditandai
dengan adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat rendah
(Japardi, 2002).
b.
Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)
Fase
awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti
oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara
bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16-20
jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur
diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5 jam/hari pada orang dewasa (Japardi, 2002).
Tipe
NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu:
1)
Tidur stadium Satu
Fase
ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini didapatkan
kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata
kekanan dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali
dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran alfa, betha
dan kadang gelombang theta dengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan
adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K (Japardi, 2002).
2)
Tidur
stadium dua
Pada
fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang,
tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang
theta simetris. Terlihat adanya gelombang sleep spindle, gelombang verteks dan
komplek K (Japardi, 2002).
3)
Tidur stadium tiga
Fase
ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih banyak
gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak gelombang sleep spindle
(Japardi, 2002).
4)
Tidur stadium empat
Merupakan tidur
yang dalam serta sukar dibangunkan. Gambaran EEG didominasi oleh gelombang
delta sampai 50% tampak gelombang sleep spindle. Fase tidur NREM, ini biasanya
berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase
REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi
lebih insten dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Pola tidur REM
ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat rendah,
apabila dibangunkan hampir semua organ akan dapat menceritakan mimpinya, denyut
nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi eraksi penis, tonus otot menunjukkan
relaksasi yang dalam (Japardi, 2002).
Pola tidur REM berubah sepanjang
kehidupan seseorang seperti periode neonatal bahwa tidur REM mewakili 50% dari
waktu total tidur. Periode neonatal ini pada EEG-nya masuk ke fase REM tanpa
melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan pola berubah sehingga persentasi
4.
Gangguan tidur
a. Definisi
Gangguan
tdur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan pada penderita
yang paling sering berkunjung ke tempat praktek. Gangguan tidur dapat dialami
oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan
rendah maupun orang muda, serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut.
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan
perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya tahan tubuh
serta menurunkan prestasi kerja, muda tersinggung, depresi, kurang konsentrasi,
kelelahan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri dan
orang lain. Menurut beberapa peneliti
gangguan tidur yang berkepanjangan mengakibatkan 2,5 kali lebih sering
mengalami kecelakaan mobil dibandingkan orang yang tidurnya cukup. Di
perkirakan jumlah penderita akibat gangguan tidur setiap tahun semakin lama
semakin meningkat sehingga menimbulkan masalah kesehatan. Di dalam praktek
sehari-hari,kecendrungan untuk mempergunakan obat hipnotik, tanpa menetukan
lebih dahulu penyebab yang mendasari penyakitnya, sehimgga sering menimbulkan
masalah baru akibat penggunaan obat yang
tidak adekuat. Melihat hal diatas, jelas bahwa gangguan tidur merupakan masalah
kesehatan yang akan dihadapi di tahun-tahun yang akan dating ( japardi, 2002)
b. Etiologi
Dan Klasifikasi
Menurut
internasional classification of sleep disordes, gangguan tidur terbagi atas:
1)
Dissomnia
Adalah
suatu keadaan dimana seseoranng mengalami kesukaran untuk tidur (failing as
sleep), mengalami gangguan selama tidur (difficulty in staying as sleep),
bangun nterlalu diini atau kombinasi diantaranya.
Disomnia
dibagi menjadi 5 bagian yakni:
a)
Gangguan tidur spesifik
a.
Narkolepsi
b.
Gangguan gerakan anggota gerak badan secara
periodic / mioklonus noktural
c.
Sindroma kakki gajah (retless legs
syndrome atau ekboms syndrome)
d.
Gangguan pernapasan saat tidur (sleep
apnea)
e.
Pasca trauma kepala
b)
Gangguan tidur irama sirkadian
Sleep
wake schedule disordes (gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan dimana penderita
tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dihendaki, walaupun jumlah
tidurnya tetap. Gangguan ini sangat berhubungan dengan irama tidur sirkadian
normal. Factor-faktor yang berperan dalam pengaturan sirkandin antara lain temperattus
badan, plasma darah, urine , fungsi ginjal dan psikis. Dalam keadaan normal
fungsi irama sirkadin mengatur siklus bioilogi irama tidur-bangun, dimana
sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk bangun/aktifitas. Siklus
irama sirkadian ini dapat mengalami gangguan, apabila irama tersebut mengalami
pergeseran. Menurut beberapa penelitian
terjadi pergeseran irama sirkandian antara onset waktu tidur regular dengan
waktu tidur ireguler. Perubahan secara organic yang dapat menyebabkan gangguan
irama sirkandin adalah tumor pineal.
Gangguan
irama sirkandian dapat dikategorikan dua bagian:
a.
Sementara (acute work shift, jet lag)
b.
Menetap (shift worker)
c)
Lesy susunan syaraf pusat
Lesi batang otak atau bulbus dapat menggangu selam
tidur. Hal ini merupakan gangguan tidur organic. Feldman, wilkus, dkk menemukan
gangguan fase tidur pada lesi atau trauma daerah ventral pons, yang mana fase 1 dan 2 menetap tapi fase REM berkurang
dan tidak ada sama sekali. Penderita chorea ditandai dengan gangguan tidur yang
hebat, dan diakibatkan kerusakan pada batang otak. Penyakit seperti gilles de
la tourettes syndrome, Parkinson, chorea, dan distonia merupakan penyakit yang
sering timbul pada saat tidur. Gangguan ini lebih sering mengalami fase awal
dan fase 1 dan jarang terjadi pada fase dalam. Pada demensia sinilis yang mengalami gangguan
tidur pada malam hari, mungakibat disorganisasi siklus sirkandian dan perubahan
suhu tubuh. Pada penderita stroke dapat mengalami gangguan tidur . bila terjadi gangguan
faskuler di daerah batang otak epilepsy sering terjadi pada saat tidur terutama
pada fase NREM ( STADIUM 1-2) jarang terjadi pada fase REM .
d)
Gangguan Kesehatan
Seperti
neuritis, carpal tunnel syndrome, distessia,miopati dystropi, low back pain,
gangguan metabolic seperti hipo/hipertiroid, gangguan ginjal akut/kronik, asma, penyakit ulkus peptikum,
obstruksi saluran nafas sering menyebabkan gangguan tidur, berupa mioklonus
natural.
e)
Obat-obatan
Gangguan
tidur dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti gangguan obat stimulan yang
kronik( amfetamin, kafein, nikotin), antihipertensi,antidepresan,
antiparkinson, antihistamin, antikolinergik. Obat ini dapat menimbulkan
terputus-putusnya fase REM.
2)
Parasomia
Merupakan
klompok heterogen yang terdiri dari kejadian-kejadian episode yang berlansung
pada malam hari pada saat tidur atau pada waktu bangun dan tidur. Kasus ini
sering berhubungan debgab gangguan perubahan tingkah laku dan aksi motorik
potensial, sehingga sanggat potensial menimbulkan angka kesakitan dan kematian.
Insidensi ini sering ditemukan pada anak usia 3-5 tahun 15% dan mengalami
perbaikan atau penurunan insidensi pada usia dewasa (3%)
Ada
3 faktor utama presipitasi terjadinya parasomnia, yaitu:
1.
Peminum alcohol
2.
Kurang tidur (sleep deprivatio)
3.
Stress psikososial
Keadaan ini terletak pada aurosal yang
sering terjadi pada stadium transmisi antar bangun dan tidur. Berupa aktifitas
otot skeletal dan perubahan system otonom.
Gejala khasnya berupa penurunan kesadaran dan diikuti aurosal dan
amnesia episode tersebut sering kali hal tersebut terjadi pada stadium 3-4.
Parasomnia dibagi dalam 3 jenis
gangguan, yakni:
1. Gangguan
tidur berjalan (sleep walking)somnabulisme
2. Gangguanm
terror tidur (sleep terror)
3. Gangguan
tidur berhubungan dengan fase REM.
B.
Tinjauan Umum Tentang Tekanan
Darah
1.
Hipertensi
a. Pengertian
Hipertensi
dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995
) Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik
lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau
lebih besar 90 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan ringan
apabila tekanan diastoliknya antara 90 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika
tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan
diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan
diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom,
1995 ).
b. Penyebab
Hipertensi
berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany
Gunawan, 2001 )
1)
Hipertensi
essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
2)
Hipertensi
sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh
penyakit lain
Hiperrtensi primer terdapat pada
lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh
hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai berikut :
1)
Faktor
keturunan
Dari
data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2)
Ciri
perseorangan
Cirri
perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur (jika umur bertambah maka TD
meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan) dan ras
(ras kulit hitam lebih banyak
dari kulit putih)
3)
Kebiasaan
hidup
Kebiasaan
hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang
tinggi ( melebihi dari 30 gr ),
kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya
merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
c. Patofisiologi
Mekanisme
yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat
bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk
pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ),
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner
& Suddarth, 2002)
d. Tanda dan
gejala
Tanda dan
gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Edward K Chung, 1995)
1.
Tidak
ada gejala
Tidak
ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur
2.
Gejala yang lazim
Sering
dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
2.
Hipotensi
a. Pengertian
Penyakit
darah rendah atau Hipotensi (Hypotension) adalah suatu keadaan
dimana tekanan darah seseorang turun dibawah angka normal, yaitu mencapai nilai
rendah 90/60 mmHg.
Namun
demikian, beberapa orang mungkin memiliki nilai tekanan darah (tensi) berkisar
110/90 mmHg atau bahkan 100/80 mmHg akan tetapi mereka tidak/belum atau jarang
menampakkan beberapa keluhan berarti, sehingga hal itu dirasakan biasa saja
dalam aktivitas kesehariannya. Apabila kondisi itu terus berlanjut, didukung
dengan beberapa faktor yang memungkinkan memicu menurunnya tekanan darah yang
signifikan seperti keringat dan berkemih banyak namun kurang minum, kurang
tidur atau kurang istirahat (lelah dengan aktivitas berlebihan) serta haid
dengan perdarahan berlebihan (abnormal) maka tekanan darah akan mencapai ambang
rendah (hipotensi) 90/60 mmHg.
b.
Tanda
dan Gejala Tekanan Darah Rendah:
Seseorang
yang mengalami tekanan darah rendah umumnya akan mengeluhkan keadaan sering
pusing, sering menguap, penglihatan terkadang dirasakan kurang jelas (kunang-kunang)
terutama sehabis duduk lama lalu berjalan, keringat dingin, merasa cepat lelah
tak bertenaga, bahkan mengalami pingsan yang berulang.
Pada
pemeriksaan secara umum detak/denyut nadi teraba lemah, penderita tampak pucat,
hal ini disebabkan suplai darah yang tidak maksimum keseluruh jaringan tubuh.
c.
Penyebab
Penyakit Darah Rendah
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan mengapa terjadinya penurunan tensi darah, hal
ini dapat dikategorikan sebagai berikut:
a.
Kurangnya
pemompaan darah dari jantung. Semakin banyak darah yang dipompa dari jantung
setiap menitnya (cardiac output, curah jantung), semakin tinggi tekanan darah.
Seseorang yang memiliki kelainan/penyakit jantung yang mengakibatkan irama
jantung abnormal, kerusakan atau kelainan fungsi otot jantung, penyakit katup
jantung maka berdampak pada berkurangnya pemompaan darah (curah jantung)
keseluruh organ tubuh.
b.
Volume
(jumlah) darah berkurang. Hal ini dapat disebabkan oleh perdarahan yang hebat
(luka sobek,haid berlebihan/abnormal), diare yang tak cepat teratasi, keringat
berlebihan, buang air kecil atau berkemih berlebihan.
c.
Kapasitas
pembuluh darah. Pelebaran pembuluh darah (dilatasi) menyebabkan menurunnya
tekanan darah, hal ini biasanya sebagai dampak dari syok septik, pemaparan oleh
panas, diare, obat-obat vasodilator (nitrat, penghambat kalsium, penghambat
ACE). Ada beberapa hal yang bisa dilakukan
untuk memperbaiki kondisi tekanan darah renda (hipotensi), diantaranya :
1)
Minum
air putih dalam jumlah yang cukup banyak antara 8 hingga 10 gelas per hari,
sesekali minum kopi agar memacu peningkatan degup jantung sehingga tekanan
darah akan meningkat.
2)
Mengkonsumsi makanan yang cukup mengandung
kadar garam
3)
Berolah
raga teratur seperti berjalan pagi selama 30 menit, minimal 3x seminggu dapat
membantu mengurangi timbulnya gejala
C.
Tinjauan Umum Tentang Shift
Malam
Suma’mur(2009)
menyatakan bahwa shift kerja malam perlu mendapat perhatian karna irama faal
manusia (circadian ritme) terganggu , metabolism tubuh tidah dapat beradaptasi
, kelelahan,kurang tidur, alat pencernaan kurang berfungsi secara normal timbul
rekreasi psikologis dan pengaruh kumulatif.
Fish(2002)
mengemukakan bahwa efek bekerja pada (shift) malam hari pada pekerja antara
lain.
1.
Efek fisiologis
a. Kualitas
tidur : tidur siang tidak seefektif dengan tidur malam, banyak gangguan dan
biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menembuk waktu kurang tidur selama
kerja malam
b. Menurunnyan
kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah
c. Menurunnya
nafsu makan dan gangguan pencernaan
2.
Efek psikososial
Efek
ini menunjukan masalah lebih besar dari efek fisiologis, antara lain adanya
gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk
berinteraksi dengan teman, dan gangguan aktifitas kelompok dalam masyarakat.
Saksono
(2002) menambahkan bahwa pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat yang biasanya dilakukan ada siang atau sore hari. Sementara pada
saat itu bagi pekerja malam diperlukan untuk istirahat atau tidur, sehingga
tidak dapat berpartisipasi aktif dalam
kegiatan tersebut, akibatnya tersisih dari kehidupan masyarakat.
3.
Efek kerja.
Kinerja
menurun selama kerja malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek
psikososial. Menurunya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun
yang berpengaruh terhadap prilaku kewaspadaan pekerja seperti kualitas kendali
dan pemantauan.
4.
Efek terhadap kesehatan.
Kerja
malam menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cendrung terjadi pada
usia 40-45 tahun. Kerja malam juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan
kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
Jasling ( 2004) dalam artikelnya yang
berjudul shift work and ill health mempertegas anggapan tersebut dengan
menyebutkan hasil penelitian yang dilakukan oleh the circadian learning center
di amerika serikat menyatakan bahwa para pekerja shift malam hari dapat terkena
berbagai masalah kesehatan. Masalah kesehatah ini antara lain:gangguan tidur,
kelelahan, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan gastrointestinal.
BAB
III
KERANGKA KERJA PENELITIAN
A.
Kerangka
Konsep
Berdasarkan
tinjauan pustaka yang telah dikemukakan diatas, merupakan dasar untuk
meletakkan landasan teori maupun asumsi tentang kerangka konsep yang akan
diteliti. Dari hal tersebut diatas dikemukakan beberapa teori yang selanjutnya
dari teori tersebut diturunkan beberapa variabel yang akan diteliti yang diduga
mempumyai hubungan langsung atau tidak langsung yang dapat dilihat pada bagan
berikut :
Pola
tidur tekanan
darah
Keterangan:
: Variabel
Independen
:
Variabel Dependen
: penghubung
antar variabel
Hipotesis
Alternatif (Ha)
Ada
hubungan pola tidur dengan dengan tekanan darah mahasiswa dinas malam di IGD RSUD
Syekh Yusuf Kabupaten Gowa.
C.
Variabel
Penelitian
1. Klasifikasi
Variabel
a. Variabel
independen : Pola tidur.
b. Variabel
Dependen : Tekanan darah
2. Defenisi
Konseptual
a. Pola tidur adalah model,
bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang relatif menetap dan meliputi
jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur, frekuensi tidur dalam
sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur
b. Tekanan darah adalah
kuatan yang
memungkinkan darah mengalir dalam pembuluh darah untuk beredar
dalam seluruh tubuh
(Ibnu, 2001)
3. Definisi
Oprasional dan Kriteria Objektif
a. Pola
tidur adalah kebutuhan istirahat tidur mahasiswa praktek dinas malam di IGD RSUD
Syekh Yusuf Kabupaten Gowa
Kriteria objektif
buruk : jika responden menjawab ˂3
baik : Jika responden menjawab ≥3
b. Tekana
darah adalah melihat tekanan darah pada mahasiswa dinas malam di IGD RSUD Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa
c.
Kriteria objektif
Normal :
jika tekanan darah S ˂140 dan D ˂90mmHg
Hipertensi :
Jika tekanan darah S≥140 dan D≥90mmHg
Hipotensi
: Jika tekanan darah S˂ 90 dan D˂60 mmHg
BAB IV
METODE PENELITIAN
A.
Desain
Penelitian
Desain
penelitian yang digunakan adalah cross-sectional
study yaitu suatu penelitian untuk mencari hubungan antara satu keadaan
(variabel) dengan variabel lainnya yang terdapat dalam satu populasi yang
mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan lembar kuesioner lembar
observasi sebagai instrumen pengumpulan data.
B.
Populasi
dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang dinas malam di RSUD Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2013.
2.
Sampel
Sampel merupakan sebagian dari objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah
semua mahasiswa yang dinas malam di RSUD
Syekh Yusuf dengan menggunakan purposive
sampling, dengan kriteria :
a. Kriteria
inklusi
Merupakan karakteristik
umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan
diteliti, meliputi:
1. Mahasiswa
yang bersedia menjadi responden.
2. Mahasiswa
yang ada saat penelitian
b. Kriteria
eksklusi
Merupakan karakteristik
subjek penelitian yang dikeluarkan atau dihilangkan dari populasi dengan alasan
tertentu, meliputi:
1. Mahasiswa
yang tidak bersedia menjadi responden.
2.
Mahasiswa yang tidak hadir pada saat
penelitian.
3.
Mahasiswa yang minum obat suplement
sebelum dinas
4.
Mahasiswa yang satu atau dua hari
sebelum dinas kurang tidur.
5.
mahasiswa yang mempunyai riwayat
hipertensi
C.
Pengumpulan
Data
1. Instrumen
Penelitian
Instrumen Penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kuesioner dan obsrvasi langsung. Pola tidur dapat diukur dengan
sekala Guttman dengan 6 pertanyaan pilihan jawaban “ ya “ atau “ tidak “. Jawaban “ Ya”
diberi skor ( 1 ) dan jawaban “ tidak “ diberi skor ( 0 ). Sedangkan
untuk melihat tekanan darah menggunakan observasi langsung dengan mengukur
tekanan darah.
2. Lokasi
dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa ,yang akan dilakukan pada
bulan mei.
3. Prosedur
pengumpulan data
Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari
hasil kuesioner yang diberian kepada responden, dan observasi yang dilakukan
secara langsung oleh peneliti. Data skunder diperoleh dari institusi tempat
penelitian.
4. Analisa
data
a. Pengolahan
Data
Data primer yang dikumpulkan dalam
penelitian akan diolah melalui prosedur pengolahan data secara manual dengan
melakukan :
1) Editing
Pengecekan, pengkoreksian data untuk
melengkapi data yang masih kurang atau kurang lengkap.
2) Koding
Pengkodean lembar kuesioner dan observasi,
pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah memberikan kode yang disediakan
pada lembar kuesioner dan observasi sesuai dengan respon klien.
3) Tabulasi
Setelah pemberian kode, selanjutnya
dengan pengolahan data ke dalam rite menurut sifat yang dimilikinya.
b. Analisa
Data
Setelah memperoleh nilai-nilai dari tiap
rite, selanjutnya data di analisa.
1) Analisa
Univariat
Analisa ini dilakukan untuk mendapatkan
gambaran dari tiap-tiap riteria yang diteliti.
2) Analisa
Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat
hubungan riteria independen dengan dependen dalam bentuk tabulasi silang antara
kedua variebal tersebut. Menggunakan uji riteria dengan tingkat kebermaknaan
0,05 (5%), dengan menggunakan rumus Chi-Square
dengan Yates Correction (Eko Budiarto, 2001), yaitu :
X2
=
Penilaian
:
a)
Apabila
X² hitung > dari X² rite, H0 ditolak atau Ha
diterima, artinya ada hubungan antara riteria independen dengan riteria
dependen.
b)
Apabila
X² hitung ≤ dari X² rite, H0 diterima atau Ha ditolak, artinya tidak ada
hubungan antara riteria independen dengan riteria dependen.
D.
Etika
Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk
melindungi hak-hak subjek antara lain menjamin kerahasiaan identitas, hak
privasi dan martabat responden. Penelitian menekankan masalah etika yang
meliputi :
1.
Informed
Concent (Lembar Persetujuan)
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden
yang diteliti yang memenuhi riteria inklusi dan disertai judul penelitian, bila
responden menolak maka peneliti tidak akan memaksakan dan tetap menghormati
hak-hak responden.
2.
Anomity
(Tanpa
Nama)
Untuk menjaga kerahasian, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden, tetapi lembaran tersebut diberikan kode.
3.
Confidentiality
(Kerahasiaan)
Kerahasian informasi responden dijamin oleh
peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil
penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Depertemen kesehatan repbulik Indonesia, 2009.Hipertensi Factor Resiko Utama Penyakit
Kardiovaskuler. Pusat komunikasi public, secretariat jendral depertemen
kesehatan
2.
Japardi, 1., 2002. Gangguan tidur. Fakultas kedokteran bagian bedah universitas
Sumatra utara. USU Digital library
3.
Ibnu M. Dasar-dasar Fisiologi Kardiovaskuler. Jakarta : EGC,
1996.
4.
Suma’mur, P.K. 2009. Ergonomi Untuk Produktifitas Kerja. Yayasan swabhawa karya. Jakarta
5.
Depertemen kesehatan repbulik Indonesia dan
wahyuni 2007.Tidur Efektif. Pusat komunikasi public, secretariat jendral depertemen
kesehatan
6.
Kuswadji,
Sudjoko. Pengaturan tidur Pekerja Shift. Cermin Dunia Kedokteran No.116.
Jakarta. 2002.
7.
Kodim
Nasrin, 2003. Asuhan keperawatan.
Yayasan swabdha karya .jakarta
8.
Fish,d. 2002. The impact of shift work. Australia.
9. Saksosno,A. 2002. Perlindungan
Tenaga Kerja Wanita. Model kursus tertulis bagi dokter Hiperkes Pusat Pelayanan
Ergonomi KKK Depertemen. Jakarta
10. Josling, Leanne. 2004. Shift Work
and ill-Health.
LEMBAR PERTANYAAN
1. Apa
anda tidur selama 7-8 jam selama sehari?
Ya Tidak
2.
Apa jadwal tidur anda teratur ?
Ya tidak Tidak
3.
Apa jadwal bangun anda teratur?
Ya Tidak
4.
Apa waktu tidur anda terganggu ?
Ya Tidak
5. Apakah
anda tidur di tempat tidur?
Ya
Tidak
6.
Apakah
selama dinas anda perna tidur?
Ya Tidak
bos bole saya mnta data aslinya untuk contoh proposal saya nanti??
BalasHapus