Rabu, 01 Mei 2013

proposal hubungan pola tidur dengan tekanan darah pada mahasiswa dinas malam di IGD Syekh Yusuf


DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
Bab 1 pendahuluan…………………………………………………………..1
a.       Latar belakang……………………………………………………….1
b.      Rumusan masalah
c.       Tujuan penelitian
d.      Manfaat penelitian
Bab 11 tinjanuan pustaka ……………………………………………………
a.       Tinjauan tentang pila tidur
b.      Tinjauan tentang tekanan darah
c.       Tinjauan tentang shift malam
Bab 111 kerangka konsep penelitian
1.      Kerangka konsep
2.      Hipotesis penelitian
3.      Variable penelitian
a.       Klasifikasi variabel penelitian
b.      Defenisi konseptual
c.       Defenisi operasional dan criteria objektif
Bab 1V metode penelitian
1.      Desain penelitian
2.      Populasi dan sampel
3.      Pengumpulan data
a.       Instrument penelitian
b.      Lokasi dan waktu penelitian
c.       Prosedur pengumpulan data
d.      Analisa data
4.      Etika penelitian
5.      Jadwal penelitian











BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tekanan darah merupakan faktor yamg amat penting pada sistim sirkulasi. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatis dalam tubuh . tekanan darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah didalam arteri, arteriola, kapiler, dan system vena, sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang menetap (Ibnu, 2001)
            Hipertiensi dan komplikasinya adalah salah satu penyebab kematian nomor satu,secara global. Komplikasi pembuluh darah yang disebabkan hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, infrak (krusakan jaringan) jantung , stroke , dan gagal ginjal. Gangguan kerja organ, selain menyebabkan penderita, keluarga dan Negara harus mengelurakan lebih banyak biaya pengobatan dan perawatan tentu pula menurunkan kualitas hidup penderita ( Depkes RI,2007).
                                    Josling(1998) dalam artikelnya berjudul shift work and ill health mempertegas anggapan tersebut dengan menyebutkan hasil penelitian yangdilakukan oleh the circadian learning center di amerika serikat yangmenyatakan bahwa para pekerja shift, terutama yang bekerja shift malam hari dapat terkena berbagai masalah ksehatan. Masalah kesehatan ini antara lain: ganguan tidur,kelelahan, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan gastrointestinal
Perubahan kuntitas dan kualitas tidur sering dialami oleh berbagai pekerja salah satunya adalah perawat. Perawat adalah mereka yang disiapkan untuk mengerjakan tugas mulia dan penting untuk menyelamatkan  nyawa manusia, fisik dan mentalnya. Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas prawat dalam praktek, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional.
Dimana setiap peran yang dinyatakan seagai cirri terpisah demi untuk kejelasan. Pada peran ini perawat di harapkan mampu memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks. Perawat bertugas untuk memperhatkan individu daam konteks sesuai kehidupan klien , perawat perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan signifikan dari klien ( hamdayani,2008)
Suma’mur(2009) menyatakan bahwa shift kerja malam perlu mendapat perhatian karna irama faal manusia (circadian ritme) terganggu , metabolism tubuh tidah dapat beradaptasi , kelelahan, kurang tidur, alat pencernaan kurang berfungsi secara normal timbul rekreasi psikologis dan pengaruh kumulatif

Tim peneliti dari Kanada dan Norwegia telah menganalisis 34 studi. Secara total ditemukan 17.359 kasus yang berkaitan dengan koroner, termasuk 6.598 serangan jantung dan 1.854 stroke yang disebabkan kurangnya asupan darah ke otak. Kondisi ini pun ternyata lebih banyak ditemukan pada pekerja shift malam dibandingkan pekerja lainnya.
RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa merupakan salahsatu rumah sakit yang menerima mahasiswa praktek dan di rumah sakit ini miliki peraturan  berkaitan dengan penjadwalan  kerja dari pegawainya. Sebagai bagian dari pegawai rumah sakit mahasiswa juga memberlakuan peraturan tentang shift. Di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa diberlakukan 3 shift kerja (pagi 08.00-14.00, siang 14.00-21.00, dan malam 21.00-08.00) dengan tujuan untuk mengefisien kerja. Melihat realita yang berkaitan dengan shift malam bahwa beberapa mahasiswa setelah dinas malam mereka kelihatan kurang semangat. Bagi pekerja shift malam bisa mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja akan memberikan masalah terutama bagi pekerja yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan lama jam kerja yang dijalaninya (grandjean,1991)
Berdasarkan data yang didapatkan dari RSUD Syekh yusuf jumlah mahasiswa praktek di IGD sekarang 25 orang  dan merekamembagi dalam 3 shift dan waktu libur sekali dalam seminggu.
Dari uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul” Hubungan Pola Tidur Dengan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Dinas Malam Di IGD RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa.


           
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah Ada Hubungan Pola Tidur Dengan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Dinas Malam di IGD RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa?”.

C.     Tujuan Peneliltian
1)      Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan pola tidur dengan tekanan darah pada mahasiswa dinas malam di IGD RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa.
2)      Tujuan khusus
a.       Untuk mengidentifikasi pola tidur pada mahasiswa dinas malam di IGD RSUD Syekh Yusuh Kabupaten Gowa.
b.      Untuk mengidentifikasi tekanan darah pada mahasiswa dinas malam  di IGD RSUD Syekh Yusuh Kabupaten Gowa.
c.       Untuk menganalisis hubungan pola tidur dengan tekanan darah pada  mahasiswa dinas malam di IGD RSUD Syekh Yusuh Kabupaten Gowa.




D.    Manfaat penelitian
1.      Bagi peneliti
Menambah pengetahuan penulis tentang pola tidur dan tekanan darah.
2.      Bagi instasi tempat penelitian
Sebagai masukan bagi pihak IGD RSUD syekh yuduf mengenai pola tidur dengan tekanan darah untuk bahan pertimbangan dalam membina dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.
3.      Bagi institusi
Merupakan salah satu informasi bagi Sekolah Tinggi Ilmu Keperawata  ( STIK) FAMIKA Makassar dan sebagai referensi bagi pepeneliti-peneliti berikutnya












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.           Tinjauan Umum Tentang Tidur
1.        Pola tidur
Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur, frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur (Depkes dalam Wahyuni, 2007).
                Pola tidur normal berdasarkan usia adalah bayi baru lahir membutuhkan tidur 14 – 18 jam/ hari, pernafasan teratur dan 50 % tidur REM, infant membutuhkan tidur 12 – 14 jam/ hari dan 20 – 30% tidur REM, toodler membutuhkan tidur 11 – 12 jam/ hari dan 25% tidur REM, preschooler membutuhkan tidur 11 jam dan 20% tidur REM, usia sekolah tidur 10 jam/ hari dan 18,5% tidur REM, adolescent membutuhkan tidur 8,5 jam/ hari dan 20% tidur REM, usia dewasa muda membutuhkan tidur 7 – 8 jam/ hari dan 20 – 25% tidur REM, usia dewasa tengah membutuhkan tidur 7 jam/ hari dan 20% tidur REM, usia lanjut membutuhkan tidur 6 jam/ hari dan 20 – 25% tidur REM (Kozier, 2004; Hidayat, 2006).
Pola tidur normal dipengaruhi oleh gaya hidup termasuk stress pekerjaan, hubungan keluarga dan aktivitas sosial yang mengarah pada insomnia dan penggunaan medikasi untuk tidur. Penggunaan jangka panjang medikasi tersebut dapat mengganggu pola tidur dan memperburuk masalah tidur (Potter & Perry, 2003).
Gangguan pola tidur merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami atau mempunyai resiko perubahan jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan. Gangguan ini terlihat dengan adanya perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, kurang konsentrasi, sakit kepala dan mengantuk. Penyebab dari gangguan pola tidur ini antara lain kerusakan transport oksigen, gangguan metabolisme, gangguan eliminasi, pegaruh obat, immobilitas, nyeri pada kaki, takut operasi, terganggu oleh teman sekamar dan sebagainya (Uliyah, 2006).
2.        Tidur
Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang dan akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi (Japardi, 2002).
Tidur adalah keadaan normal yang berlangsung secara berkala. Selama tidur terjadi penurunan kegiatan fisiologik yang disertai oleh penurunan kesadaran (Kuswadji, 2002).
Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai irama sirkadian. Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral anterior hypothalamus. Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia ventrikulo retikularis medulo oblongata yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral medulo oblogata disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state (Japardi, 2002)
3.        Mekanisme tidur
Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
a.           Tipe Rapid Eye Movement (REM)
Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih intens dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Pola tidur REM ditandai dengan adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat rendah (Japardi, 2002).
b.          Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)
Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16-20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5 jam/hari pada orang dewasa (Japardi, 2002).

Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu:
1)         Tidur stadium Satu
Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata kekanan dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit dan mudah sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombang campuran alfa, betha dan kadang gelombang theta dengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang sleep spindle dan kompleks K (Japardi, 2002).
2)         Tidur stadium dua
Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari gelombang theta simetris. Terlihat adanya gelombang sleep spindle, gelombang verteks dan komplek K (Japardi, 2002).
3)         Tidur stadium tiga
Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak gelombang sleep spindle (Japardi, 2002).


4)         Tidur stadium empat
Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Gambaran EEG didominasi oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombang sleep spindle. Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih insten dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua organ akan dapat menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi eraksi penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam (Japardi, 2002).
Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal bahwa tidur REM mewakili 50% dari waktu total tidur. Periode neonatal ini pada EEG-nya masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan pola berubah sehingga persentasi
4.        Gangguan tidur
a.     Definisi
Gangguan tdur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan pada penderita yang paling sering berkunjung ke tempat praktek. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda, serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut. Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, muda tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri dan orang lain. Menurut  beberapa peneliti gangguan tidur yang berkepanjangan mengakibatkan 2,5 kali lebih sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan orang yang tidurnya cukup. Di perkirakan jumlah penderita akibat gangguan tidur setiap tahun semakin lama semakin meningkat sehingga menimbulkan masalah kesehatan. Di dalam praktek sehari-hari,kecendrungan untuk mempergunakan obat hipnotik, tanpa menetukan lebih dahulu penyebab yang mendasari penyakitnya, sehimgga sering menimbulkan masalah  baru akibat penggunaan obat yang tidak adekuat. Melihat hal diatas, jelas bahwa gangguan tidur merupakan masalah kesehatan yang akan dihadapi di tahun-tahun yang akan dating ( japardi, 2002)
b.    Etiologi Dan Klasifikasi
Menurut internasional classification of sleep disordes, gangguan tidur terbagi atas:

1)        Dissomnia
Adalah suatu keadaan dimana seseoranng mengalami kesukaran untuk tidur (failing as sleep), mengalami gangguan selama tidur (difficulty in staying as sleep), bangun nterlalu diini atau kombinasi diantaranya.
Disomnia dibagi menjadi 5 bagian yakni:
a)          Gangguan tidur spesifik
a.         Narkolepsi
b.        Gangguan gerakan anggota gerak badan secara periodic / mioklonus noktural
c.         Sindroma kakki gajah (retless legs syndrome atau ekboms syndrome)
d.        Gangguan pernapasan saat tidur (sleep apnea)
e.         Pasca trauma kepala
b)         Gangguan tidur irama sirkadian
Sleep wake schedule disordes (gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan dimana penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dihendaki, walaupun jumlah tidurnya tetap. Gangguan ini sangat berhubungan dengan irama tidur sirkadian normal. Factor-faktor yang berperan dalam pengaturan sirkandin antara lain temperattus badan, plasma darah, urine , fungsi ginjal dan psikis. Dalam keadaan normal fungsi irama sirkadin mengatur siklus bioilogi irama tidur-bangun, dimana sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk bangun/aktifitas. Siklus irama sirkadian ini dapat mengalami gangguan, apabila irama tersebut mengalami pergeseran. Menurut  beberapa penelitian terjadi pergeseran irama sirkandian antara onset waktu tidur regular dengan waktu tidur ireguler. Perubahan secara organic yang dapat menyebabkan gangguan irama sirkandin adalah tumor pineal.
Gangguan irama sirkandian dapat dikategorikan dua bagian:
a.         Sementara (acute work shift, jet lag)
b.        Menetap (shift worker)
c)          Lesy susunan syaraf pusat
Lesi  batang otak atau bulbus dapat menggangu selam tidur. Hal ini merupakan gangguan tidur organic. Feldman, wilkus, dkk menemukan gangguan fase tidur pada lesi atau trauma daerah ventral pons, yang mana  fase 1 dan 2 menetap tapi fase REM berkurang dan tidak ada sama sekali. Penderita chorea ditandai dengan gangguan tidur yang hebat, dan diakibatkan kerusakan pada batang otak. Penyakit seperti gilles de la tourettes syndrome, Parkinson, chorea, dan distonia merupakan penyakit yang sering timbul pada saat tidur. Gangguan ini lebih sering mengalami fase awal dan fase 1 dan jarang terjadi pada fase dalam. Pada  demensia sinilis yang mengalami gangguan tidur pada malam hari, mungakibat disorganisasi siklus sirkandian dan perubahan suhu tubuh. Pada penderita stroke dapat mengalami  gangguan tidur . bila terjadi gangguan faskuler di daerah batang otak epilepsy sering terjadi pada saat tidur terutama pada fase NREM ( STADIUM 1-2) jarang terjadi pada fase REM .
d)         Gangguan Kesehatan
Seperti neuritis, carpal tunnel syndrome, distessia,miopati dystropi, low back pain, gangguan metabolic seperti hipo/hipertiroid, gangguan ginjal  akut/kronik, asma, penyakit ulkus peptikum, obstruksi saluran nafas sering menyebabkan gangguan tidur, berupa mioklonus natural.
e)          Obat-obatan
Gangguan tidur dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti gangguan obat stimulan yang kronik( amfetamin, kafein, nikotin), antihipertensi,antidepresan, antiparkinson, antihistamin, antikolinergik. Obat ini dapat menimbulkan terputus-putusnya fase REM.
2)        Parasomia
Merupakan klompok heterogen yang terdiri dari kejadian-kejadian episode yang berlansung pada malam hari pada saat tidur atau pada waktu bangun dan tidur. Kasus ini sering berhubungan debgab gangguan perubahan tingkah laku dan aksi motorik potensial, sehingga sanggat potensial menimbulkan angka kesakitan dan kematian. Insidensi ini sering ditemukan pada anak usia 3-5 tahun 15% dan mengalami perbaikan atau penurunan insidensi pada usia dewasa (3%)
Ada 3 faktor utama presipitasi terjadinya parasomnia, yaitu:
1.          Peminum alcohol
2.          Kurang tidur (sleep deprivatio)
3.          Stress psikososial
Keadaan ini terletak pada aurosal yang sering terjadi pada stadium transmisi antar bangun dan tidur. Berupa aktifitas otot skeletal dan perubahan system otonom.  Gejala khasnya berupa penurunan kesadaran dan diikuti aurosal dan amnesia episode tersebut sering kali hal tersebut terjadi pada stadium 3-4.
Parasomnia dibagi dalam 3 jenis gangguan, yakni:
1.      Gangguan tidur berjalan (sleep walking)somnabulisme
2.      Gangguanm terror tidur (sleep terror)
3.      Gangguan tidur berhubungan dengan fase REM.

B.            Tinjauan Umum Tentang Tekanan Darah
1.        Hipertensi
a.       Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 )  Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 90 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 90 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ). 
b.      Penyebab
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )
1)        Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
2)        Hipertensi  sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh  penyakit lain
Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai berikut :
1)        Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2)        Ciri perseorangan
Cirri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur       (jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras    kulit   hitam   lebih  banyak dari kulit putih)
3)        Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
c.       Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002) 
d.      Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Edward  K Chung, 1995)
1.        Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur
2.         Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
2.        Hipotensi
a.       Pengertian
Penyakit darah rendah atau Hipotensi (Hypotension) adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang turun dibawah angka normal, yaitu mencapai nilai rendah 90/60 mmHg.
Namun demikian, beberapa orang mungkin memiliki nilai tekanan darah (tensi) berkisar 110/90 mmHg atau bahkan 100/80 mmHg akan tetapi mereka tidak/belum atau jarang menampakkan beberapa keluhan berarti, sehingga hal itu dirasakan biasa saja dalam aktivitas kesehariannya. Apabila kondisi itu terus berlanjut, didukung dengan beberapa faktor yang memungkinkan memicu menurunnya tekanan darah yang signifikan seperti keringat dan berkemih banyak namun kurang minum, kurang tidur atau kurang istirahat (lelah dengan aktivitas berlebihan) serta haid dengan perdarahan berlebihan (abnormal) maka tekanan darah akan mencapai ambang rendah (hipotensi) 90/60 mmHg.
b.      Tanda dan Gejala Tekanan Darah Rendah:
Seseorang yang mengalami tekanan darah rendah umumnya akan mengeluhkan keadaan sering pusing, sering menguap, penglihatan terkadang dirasakan kurang jelas (kunang-kunang) terutama sehabis duduk lama lalu berjalan, keringat dingin, merasa cepat lelah tak bertenaga, bahkan mengalami pingsan yang berulang.
Pada pemeriksaan secara umum detak/denyut nadi teraba lemah, penderita tampak pucat, hal ini disebabkan suplai darah yang tidak maksimum keseluruh jaringan tubuh.
c.       Penyebab Penyakit Darah Rendah
Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa terjadinya penurunan tensi darah, hal ini dapat dikategorikan sebagai berikut:
a.         Kurangnya pemompaan darah dari jantung. Semakin banyak darah yang dipompa dari jantung setiap menitnya (cardiac output, curah jantung), semakin tinggi tekanan darah. Seseorang yang memiliki kelainan/penyakit jantung yang mengakibatkan irama jantung abnormal, kerusakan atau kelainan fungsi otot jantung, penyakit katup jantung maka berdampak pada berkurangnya pemompaan darah (curah jantung) keseluruh organ tubuh.
b.        Volume (jumlah) darah berkurang. Hal ini dapat disebabkan oleh perdarahan yang hebat (luka sobek,haid berlebihan/abnormal), diare yang tak cepat teratasi, keringat berlebihan, buang air kecil atau berkemih berlebihan.
c.         Kapasitas pembuluh darah. Pelebaran pembuluh darah (dilatasi) menyebabkan menurunnya tekanan darah, hal ini biasanya sebagai dampak dari syok septik, pemaparan oleh panas, diare, obat-obat vasodilator (nitrat, penghambat kalsium, penghambat ACE). Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi tekanan darah renda (hipotensi), diantaranya :
1)        Minum air putih dalam jumlah yang cukup banyak antara 8 hingga 10 gelas per hari, sesekali minum kopi agar memacu peningkatan degup jantung sehingga tekanan darah akan meningkat.
2)         Mengkonsumsi makanan yang cukup mengandung kadar garam
3)        Berolah raga teratur seperti berjalan pagi selama 30 menit, minimal 3x seminggu dapat membantu mengurangi timbulnya gejala

C.           Tinjauan Umum Tentang Shift Malam
Suma’mur(2009) menyatakan bahwa shift kerja malam perlu mendapat perhatian karna irama faal manusia (circadian ritme) terganggu , metabolism tubuh tidah dapat beradaptasi , kelelahan,kurang tidur, alat pencernaan kurang berfungsi secara normal timbul rekreasi psikologis dan pengaruh kumulatif.
Fish(2002) mengemukakan bahwa efek bekerja pada (shift) malam hari pada pekerja antara lain.
1.        Efek fisiologis
a.       Kualitas tidur : tidur siang tidak seefektif dengan tidur malam, banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menembuk waktu kurang tidur selama kerja malam
b.      Menurunnyan kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah
c.       Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan
2.        Efek psikososial
Efek ini menunjukan masalah lebih besar dari efek fisiologis, antara lain adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan gangguan aktifitas kelompok dalam masyarakat.
Saksono (2002) menambahkan bahwa pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan ada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam diperlukan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam  kegiatan tersebut, akibatnya tersisih dari kehidupan masyarakat.
3.        Efek kerja.
Kinerja menurun selama kerja malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikososial. Menurunya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap prilaku kewaspadaan pekerja seperti kualitas kendali dan pemantauan.
4.        Efek terhadap kesehatan.
Kerja malam menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cendrung terjadi pada usia 40-45 tahun. Kerja malam juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
        Jasling ( 2004) dalam artikelnya yang berjudul shift work and ill health mempertegas anggapan tersebut dengan menyebutkan hasil penelitian yang dilakukan oleh the circadian learning center di amerika serikat menyatakan bahwa para pekerja shift malam hari dapat terkena berbagai masalah kesehatan. Masalah kesehatah ini antara lain:gangguan tidur, kelelahan, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan gastrointestinal.


















BAB III
KERANGKA KERJA PENELITIAN
A.    Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan diatas, merupakan dasar untuk meletakkan landasan teori maupun asumsi tentang kerangka konsep yang akan diteliti. Dari hal tersebut diatas dikemukakan beberapa teori yang selanjutnya dari teori tersebut diturunkan beberapa variabel yang akan diteliti yang diduga mempumyai hubungan langsung atau tidak langsung yang dapat dilihat pada bagan berikut : 
                     Pola tidur                                                            tekanan darah
 
Keterangan:
                                    : Variabel Independen


: Variabel Dependen
                              
                                 : penghubung antar variabel




B.     Hipotesis Penelitian
Hipotesis Alternatif (Ha)
Ada hubungan pola tidur dengan dengan tekanan darah mahasiswa dinas malam di IGD RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa.
C.    Variabel Penelitian
1.      Klasifikasi Variabel
a.    Variabel independen          : Pola tidur.
b.    Variabel Dependen           :  Tekanan darah
2.      Defenisi Konseptual
a.       Pola tidur  adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur, frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur
b.      Tekanan darah adalah kuatan  yang  memungkinkan  darah  mengalir dalam pembuluh darah untuk beredar dalam seluruh  tubuh (Ibnu, 2001)
3.    Definisi Oprasional dan Kriteria Objektif
a.       Pola tidur adalah kebutuhan istirahat tidur mahasiswa praktek dinas malam di IGD RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa
Kriteria objektif
buruk         : jika responden menjawab ˂3
baik            : Jika responden menjawab ≥3




b.      Tekana darah adalah melihat tekanan darah pada mahasiswa dinas malam di IGD RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa
c.        
Kriteria objektif
                Normal        : jika tekanan darah S ˂140 dan D ˂90mmHg
    Hipertensi    : Jika tekanan darah S≥140 dan D≥90mmHg
Hipotensi    : Jika tekanan darah S˂ 90  dan D˂60 mmHg













BAB IV
METODE PENELITIAN
A.    Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study yaitu suatu penelitian untuk mencari hubungan antara satu keadaan (variabel) dengan variabel lainnya yang terdapat dalam satu populasi yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan lembar kuesioner lembar observasi sebagai instrumen pengumpulan data.
B.       Populasi dan Sampel
1.    Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang dinas malam di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2013.
      2.  Sampel
Sampel merupakan sebagian dari objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah semua  mahasiswa yang dinas malam di RSUD Syekh Yusuf dengan menggunakan purposive sampling, dengan kriteria :
a.       Kriteria inklusi
Merupakan karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti, meliputi:
1.      Mahasiswa yang bersedia menjadi responden.
2.      Mahasiswa yang ada saat penelitian

b.      Kriteria eksklusi
Merupakan karakteristik subjek penelitian yang dikeluarkan atau dihilangkan dari populasi dengan alasan tertentu, meliputi:
1.      Mahasiswa yang tidak bersedia menjadi responden.
2.         Mahasiswa yang tidak hadir pada saat penelitian.
3.         Mahasiswa yang minum obat suplement sebelum dinas
4.         Mahasiswa yang satu atau dua hari sebelum dinas kurang tidur.
5.         mahasiswa yang mempunyai riwayat hipertensi
C.      Pengumpulan Data
1.      Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan obsrvasi langsung. Pola tidur dapat diukur dengan sekala Guttman dengan 6 pertanyaan pilihan jawaban “ ya “ atau “ tidak “.  Jawaban “ Ya”  diberi skor ( 1 ) dan jawaban “ tidak “ diberi skor ( 0 ). Sedangkan untuk melihat tekanan darah menggunakan observasi langsung dengan mengukur tekanan darah.
2.      Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa ,yang  akan dilakukan pada bulan mei.





3.      Prosedur pengumpulan data
Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari hasil kuesioner yang diberian kepada responden, dan observasi yang dilakukan secara langsung oleh peneliti. Data skunder diperoleh dari institusi tempat penelitian.

4.      Analisa data
a.       Pengolahan Data
Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian akan diolah melalui prosedur pengolahan data secara manual dengan melakukan :
1)      Editing
Pengecekan, pengkoreksian data untuk melengkapi data yang masih kurang atau kurang lengkap.
2)      Koding
Pengkodean lembar kuesioner dan observasi, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah memberikan kode yang disediakan pada lembar kuesioner dan observasi sesuai dengan respon klien.
3)      Tabulasi
Setelah pemberian kode, selanjutnya dengan pengolahan data ke dalam rite menurut sifat yang dimilikinya.


b.      Analisa Data
Setelah memperoleh nilai-nilai dari tiap rite, selanjutnya data di analisa.
1)      Analisa Univariat
Analisa ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari tiap-tiap riteria yang diteliti.
2)      Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan riteria independen dengan dependen dalam bentuk tabulasi silang antara kedua variebal tersebut. Menggunakan uji riteria dengan tingkat kebermaknaan 0,05 (5%), dengan menggunakan rumus Chi-Square dengan Yates Correction (Eko Budiarto, 2001), yaitu :
X2  = 
Penilaian :
a)        Apabila  hitung > dari X²  rite,  H0 ditolak atau Ha diterima, artinya ada hubungan antara riteria independen dengan riteria dependen.
b)        Apabila  hitung ≤ dari X²  rite,  H0 diterima  atau Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara riteria independen dengan riteria dependen.



D.      Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subjek antara lain menjamin kerahasiaan identitas, hak privasi dan martabat responden. Penelitian menekankan masalah etika yang meliputi :
1.      Informed Concent (Lembar Persetujuan)
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang diteliti yang memenuhi riteria inklusi dan disertai judul penelitian, bila responden menolak maka peneliti tidak akan memaksakan dan tetap menghormati hak-hak responden.
2.      Anomity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasian, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden, tetapi lembaran tersebut diberikan kode.
3.      Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasian informasi responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.









DAFTAR PUSTAKA


1.       Depertemen kesehatan repbulik Indonesia, 2009.Hipertensi Factor Resiko Utama Penyakit Kardiovaskuler. Pusat komunikasi public, secretariat jendral depertemen kesehatan
2.       Japardi, 1., 2002. Gangguan tidur. Fakultas kedokteran bagian bedah universitas Sumatra utara. USU Digital library
3.       Ibnu M. Dasar-dasar Fisiologi Kardiovaskuler. Jakarta : EGC, 1996.
4.       Suma’mur, P.K. 2009. Ergonomi Untuk Produktifitas Kerja. Yayasan swabhawa karya. Jakarta
5.       Depertemen kesehatan repbulik Indonesia dan wahyuni  2007.Tidur Efektif. Pusat komunikasi public, secretariat jendral depertemen kesehatan
6.       Kuswadji, Sudjoko. Pengaturan tidur Pekerja Shift. Cermin Dunia Kedokteran No.116. Jakarta. 2002.
7.       Kodim Nasrin, 2003. Asuhan keperawatan. Yayasan swabdha karya .jakarta
8.        Fish,d. 2002. The impact of shift work. Australia.
9.      Saksosno,A. 2002. Perlindungan Tenaga Kerja Wanita. Model kursus tertulis bagi dokter Hiperkes Pusat Pelayanan Ergonomi KKK Depertemen. Jakarta
10.  Josling, Leanne. 2004. Shift Work and ill-Health.











LEMBAR  PERTANYAAN

1.      Apa anda tidur selama 7-8 jam selama sehari?


Ya                                       Tidak
2.      Apa jadwal tidur anda teratur ?


Ya tidak                              Tidak
3.      Apa jadwal bangun anda teratur?


Ya                                        Tidak
4.      Apa waktu tidur anda terganggu ?


Ya                                         Tidak
5.      Apakah anda tidur di tempat tidur?
Ya                                                        Tidak
6.        Apakah selama dinas anda perna tidur?
Ya                                                        Tidak

1 komentar:

  1. bos bole saya mnta data aslinya untuk contoh proposal saya nanti??

    BalasHapus